Jumat, 06 April 2012
Wibawa pemimpin
Catatan Redaksi Wibawa Pemimpin Rabu, 28 Maret 2012 - 13:14 wib Ahmad Dani - Okezone enlarge this image Ada yang lucu saat digelarnya aksi demonstrasi menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di beberapa daerah kemarin. Sejumlah kepala daerah yang notabene merupakan bagian dari pemerintah, ikut turun ke jalan. Menggunakan dalil demokrasi,para pejabat negara itu turun ke jalan karena merasa tidak puas dengan kebijakan pemerintah menaikkan kenaikan harga BBM. Lucunya, pejabat yang menolak itu merupakan kepala daerah alias kepala pemerintahan di daerah yang ia pimpin. Para pemimpin daerah yang turun ke jalan, lebih mengedepankan dukungan partai yang mengusungnya dibandingkan dengan siapa sebenarnya posisi mereka. Ketika partai yang mengusungnya menolak kenaikan BBM, maka kepala daerah itu langsung turun ke jalan, bahkan dengan atribut partai yang membesarkannya. Di sinilah letak persoalannya, kalau bicara demokrasi, seharusnya ketika seseorang dipilih rakyat untuk menjadi pemimpin sebuah pemerintahan, maka seketika itu juga semua simbol politik yang pernah melekat harus dilepaskan. Kepala daerah harus mengabdi kepada masyarakat. Tapi, karena mengabdi kepadapartai, ya jadinya banyak kepala daerah yang memilih ikut turun ke jalan atas nama"penderitaan rakyat". Rakyat yang mana, juga tidak jelas. Yang pasti para pemimpin daerah itu turun dengan menggunakan seragam partai politik di mana mereka berkarier. Di sinilah sebenarnya letak kewibawaan pemimpin yang diperlukan. Terutama pemimpin pusat. Bagaimana seorang wali kota bisa denganbebas menyindir presiden dengan seenaknya. Dengan dalih otonomi daerah dan demokrasi, mereka menganggap hal itu dibenarkan. Sudah kebablasan memang. Kalau begitu, apa gunanya ada gubernur dan presiden. Sanksi terhadap pemimpin daerah yang turun ke jalan rasanya diperlukan untuk ketertiban dan wibawa pemimpin di mata masyarakat. (ahm)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar