Jumat, 06 April 2012
Bbm naik hanya ada satu kata.lawan
Catatan Redaksi BBM Naik, Hanya Ada Satu Kata"Lawan" Jum'at, 30 Maret 2012 - 13:19 wib Syukri Rahmatullah - Okezone enlarge this image Begitu teriakan yang seringkaliterdengar dari orator mahasiswa dan buruh yang belakangan ini meramaikan jalanan. 24 jam belakangan ini aksi mahasiswa semakin massif dan radikal. Di sejumlah kota, mahasiswa “menggempur” barikade polisi yang menghalangi mereka saat melakukan demontrasi. Seperti di Makassar, Palu, dan juga Jakarta. Akibatnya korban pun berjatuhan baik dari mahasiswa dan aparat kepolisian, baik karena lemparan batu hingga korban terjangan peluru karet seperti yang dialami Agung, mahasiswa YAI dan Kapolsek Senen yang ditendang mahasiswa. Ada beberapa dugaan pemicu kenapa kekerasan itu bisa terjadi. Pertama adalah kebijakan pemerintah menaikkan BBM. Kedua, pengerahan pasukan TNI dalam mengamankan demontrasi. Hal ini mengingatkan kembali dengan pengamanan demontrasi 1998 lalu. Ketiga, sikap represif aparat keamanan di lapangan yang memancing mahasiswa dan buruh melakukan tindakan anarkistis. Keempat, sikap keras kepala dan ketidaksabaran mahasiswa di lapangan. Mungkin sikap keras kepala mahasiswa tersebut memiliki alasan. Mereka belajar dari pengalaman sebelumnya, aksi yang biasa saja tidak akan didengar pemerintah. Terhitung pemerintah SBY sudah tiga kali menaikkan harga BBM dan aksi-aksi mahasiswa saat itu sama sekali tidak digubris pemerintah. Dahulu sebelum Presiden SBY menjabat, harga BBM Rp1.810. Setelah tiga kali dinaikkan dan dua kali diturunkan menjelangPemilu 2009, harga BBM kini Rp4.500. Pemerintah merencanakan BBM akan naik lagi menjadi Rp6.000. Sayangnya pola aparat kepolisian dalam menjaga demonstrasi tetap tidak berubah. Seringkali terdengar pernyataan pejabat polisi yangmengatakan “siap mengawal” aksi demonstrasi mahasiswa, tapi yang terjadi bukan mengawal tapi membarikade. Sebab itulah, bentrokan terjadidi dekat Stasiun Gambir beberapa waktu lalu. Sejatinya, mengawal adalah berada di samping bukan berada di depan barisan mahasiswa. Pola penanganan demonstrasi seperti ini tak ubahnya pola penanganan demonstrasi 1998, yang sangat berpotensi besar dalam terjadinya bentrokan yang semestinya dapat dihindari. PKS jadi kuda hitam Sikap keras kepala mahasiswa tampaknya berhasil memengaruhi sikap partai di DPR. Partai Golkar yang tergabung dalam Setgab Partai Koalisi pendukung mengubah haluan dan ikut menolak kenaikan BBM. Peta partai menolak kenaikan BBM menjadi PDIP (94 kursi), Gerindra (26 kursi), dan Hanura(17 kursi). Jika Golkar (106 kursi) ikut bergabung, maka yang menolak kenaikan BBM menjadi 243 kursi. Sedangkan pendukung kenaikan BBM adalah Partai Demokrat (148 kursi), PAN (46 kursi), PPP (38 kursi) dan PKB (28 kursi), total suara 260 suara. PKS yang memiliki 55 kursi di DPR, belum menentukan sikap apakah menolak atau mendukung kenaikan harga BBM. Sikap PKS sangat menentukan arah kebijakan kenaikan BBM, jika PKS mendukung maka secara otomatis upaya pemerintah menaikkan BBM akan lancar, begitu juga ketika PKS bersikap abstain atau menciptakan opsi pilihan ketiga. Namun, jika PKS ikut menolak maka rencana pemerintah menaikkan BBM akan kandas. Paripurna saat ini tengah berjalan. Tinggal tunggu, apakah PKS akan tergerak dengan demonstrasi di luar gedung parleman atau tetap berada dalam barisan pendukung pemerintah dalammenaikkan BBM? (uky)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar