tri dekorasi kliwonan

Kami TRI Dekorasi kliwonan disolo melayani jasa sewa tanaman hias. ,rental tanaman untuk kantor apartemenHotel.gedung di wilayah solo  dan mini garden,dekorasi pernikahan,dekorasi siraman dan dekorasi kamar penggantin.Dekorasi bunga untuk peresmian kantor.dekorasi untuk acara peresmian dan seminar dikota solo,dekorasi bunga untuk acara wisuda di solo silahkan menghubungi kami di no tlp kami 085841216585(mas budi) 081240994973    (Mas yuli)082136353410  (pak sri)Kami juga menyediakan berbagai tanaman hias untuk keperluan kantor,rumah maupun apartemen anda di kota solo. Kami siap membantu mewujudkan keindahan dan keasrian dengan tumbuhan hias sehingga hati dan pikiran menjadi segar dan fresh kami tidak memasang harga namun harga bisa menyesuaikan sesuai anggaran anda diwilayah kota solo dan sekitarnya.kami tri dekorasi kliwonan mengucapkan terima kasih atas kunjungan anda somoga hari anda menjadi lebih berkesanSilahkan kalau ma hunting ke green office tri dekorasi kliwonan04/07, JL. Raya  Kalioso-Simo km 0,8, 57378, Boyolali

Dekorasi solo

Dekorasi solo kalioso ok

Kamis, 01 Maret 2012

Harga gabah menurun

Hal itu dikemukakan Kepala UPT Pertanian Kecamatan Boyolali Kota, Pomo. Dia mengakui petani kesulitan menjual gabah dengan harga tinggi. “Harga jual gabah kering panen senilai Rp3.300/kg, yaitu dengan kadar air sebanyak 24 persen. Sebelum masa panen harga jual gabah kering panen Rp3.700/kg. Jadi saat ini harga jual gabah memang sedang turun. Sedangkan harga gabah kering giling Rp3.900/kg, dengan kadar air sekitar 14 persen,” kata Pomo.Pomo menambahkan harga jual gabah anjlok karena sedang masa panen raya, termasuk di dearah Boyolali utara seperti Andong dan Karanggede. Dengan demikian lahan irigasi teknis dan sawah tadah hujan banyak yang panen bersamaan. Stok melimpah otomatis membuat harga jual gabah terkoreksi.Untuk mengatasi kondisi ini, Pomo mengimbau petani untuk memanen padinya sendiri. Setelah itu gabah yang sudah dipanen disimpan dulu di gudang selama beberapa waktu sembari menunghu harga gabah kembali normal. “Guna pengamanan petanisebaiknya panen sendiri saja. Kemudian gabahnya disimpan dulu. Mungkin sekitar 1,5 bulan sampai dua bulan harga gabah sudah kembali normal,” kata Pomo. Meski demikian, imbauan tersebut sepertinya sulit dipatuhi petani. Apalagi para petani biasanya hasil panen juga digunakan untuk masa tanam berikutnya.

Lomba dokter kecil

SOLO- Lomba dokter kecil SD/MI tingkat Kota Solo akan digelar, Rabu (14/3/2012). Sedangkan lomba kader kesehatan remaja yang diikuti siswa jenjang SMP, MTs, SMA dan SMK akan dilaksanakan Kamis (15/3). Ketua Bidang Koordinasi Usaha Kesehatan sekolah (UKS) SD/AUD, Hartoyo, mengungkapkan penentuan waktu lomba itu dilakukan saat rapat kerja tim pembina UKS Kota Solo di MAN 2 Solo, beberapa waktu lalu. Raker diikuti perwakilan dari berbagai instansi seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas, PMI dan lainnya. “Lomba bertujuan untuk mencari wakil Kota Solo mengikuti lomba serupa tingkat Provinsi Jawa Tengah,” jelasnya saat ditemui solopos.comdi Hotel Novotel Solo, Selasa (28/2). Hartoyo juga mengungkapkan tim pembina UKS Kota Solo baru saja mendapatkan Surat Keputusan (SK) Walikota yang baru sebagai dasar legalitas kerja tim pembina UKS. JIBI/SOLOPOS/Eni Widyastuti

Kereta unik

TRANSPORTASI UNIK -- Kereta Widaya, wahana transportasi mirip becakyang dipakai untuk berwisata di dalam kompleks Keraton Solo. Uniknya, para penumpangnya bisa ikutmenggenjot kereta ini. (JIBI/SOLOPOS/Hijriyah Al Wakhidah) SOLO –Kereta Widaya, begitu nama yang dimiliki wahana transportasi yang satu ini. Namun jangan bayangkan ini sebuah kereta yang ditarik kuda layaknya kereta kencana. Bentuknya justru mungil dan unik, mirip becak, namun dengan empat roda, dengan sang pengemudi duduk di sisi kanan depan, mirip pengemudi mobil. Yang juga lebih unik, kendaraan ini memiliki empat pedal genjotan seperti sepeda. Jadi para penumpangnya bisa ikut menggenjot membantu sang pengemudi. Kendaraan ini adalah kreasi Sri Wahyudi. Nama Widaya adalah singkatan dari Wisata Budaya, menuruti fungsinya sebagai tunggangan untukdipakai berwisata di kawasan Keraton Solo. Salah satu wisatawan yang menikmatinya adalah Lidya, asal Jakarta. Baginya, berwisata dengan menaiki Kereta Widaya memberikan kesan tersendiri. Bukan hanya dirinya bisa dengan santai menikmati suasanadi kompleks Keraton, khususnya di jalan-jalan kecil permukiman para pejabat dan abdi dalem di Baluwarti, dia pun mengaku bisa berwisata dengan sehat karena ikut menggenjot kereta. Menurut sang pengelola, Sri Wahyudi, kereta itu dibuat dan dirancang sebagai alternatif transportasi wisata bagi masyarakat Kereta itu dibuat dengan investasi sekitar Rp 7 juta hingga Rp9 juta per unit. “Kami punya enam Kereta Widaya, yang hampir tidakpernah berhenti melayani tamu, baik siang maupun malam,” kata Wahyudi, saat ditemui Espos , di halaman Pagelaran Keraton Kasunanan Surakarta, belum lama ini. Rute wisata yang ditawarkan adalah mulai dari bagian depan Keraton, kemudian ke perkampungan di dalam kompleks Beteng Keraton, hingga melihat dan berinteraksi dengan kerbau keturunan Kyai Slamet. Soal tarif standar, pengelola menetapkan tarif Rp 45.000 sekali jalan per kereta. Tiap kereta bisa membawa maksimal lima orang, di mana sang pengemudi sekaligus berfungsi sebagai pemandu. Penumpang juga akan mendapat fasilitas berupa belangkon,samir dan stiker. Lama perjalanan sekitar 30 menit hingga 45 menit. “Kalau ada tamu yang menginginkan rute tambahan, maka ada tarif tambahan tapi sifatnya sukarela,” jelas Sri Wahyudi.

Kampung pande besi

Ingin tahu seperti apa para pandai besi dalam keseharian mereka bekerja, memroduksi aneka alat bantu kerja? Anda bisa menyambangi Dukuh Ngegot, Desa Sumberagung, Kecamatan Klego, Boyolali. Daerah itu dikenal sebagai daerah pusat pandai besi yang menghasilkan pisau dapur,sabit dan peralatan pertanian lain yang peredaran produknya sudah mencapai luar Jawa. MEMBUAT SABIT— Salah seorang pandai besi warga Dukuh Ngegot, Desa Sumberagung, Klego, Pujiman bersama istrinya membuat sabit di rumah mereka. (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Mufid Aryono) “Tidak semua warga Ngegot bisa membuat peralatan itu. Hanya beberapa orang. Itupun diperolehnya secara turun-temurun,” ujar Kadus V Ngegot, Sumberagung, Romadhin. Romadhin menjelaskan perbedaan Ngegot dengandaerah sentra pandai besi lain di Boyolali terletak padafinishingalat yang dibuat. Diakui Romadhin, harga jual peralatan dari Ngegot lebih mahal dibandingkan dengan tempat lain. Namun hal itutidak menyurutkan konsumen untuk terus membeli peralatan pertanian dari Ngegot. “Meski lebih mahal, hasil produksi warga Ngegot itumasih banyak dicari oleh warga. Bahkan penjualan hingga ke luar Jawa,” papar dia. Selain berproduksi di rumah, warga juga melakukan penjualan dengan membuka kios di sejumlah pasar di wilayah Boyolali utara. Menurut Romadhin, tiap hari pasar atau pasaran , warga memilih membuka usaha pandai besi dan penjualan di pasar-pasar yang baru pasaran . Selain di Pasar Kemusu, juga di beberapa pasar lainnya dan Pasar Ngegot sendiri. Selain dibuat secara manual, jelas Romadhin, yang membedakan peralatan tersebut buatandari Ngegot atau lainnya terlihat dari tanda empu atau pembuat, baik huruf maupun tanda-tanda khas lainnya di produk mereka. Salah seorang perajin pande besi di Ngegot, Pujiman menjelaskan usaha pembuatan pande besi itu sudah dilakoninya bertahun-tahun. Pasalnya, usaha itu sudah turun-temurun dari keluarganya. Romadhin menambahkan awalnya para pandai besi itu menggunakan peralatan sederhana untuk membuat peralatan pertanian, seperti sabit dan cangkul. Namun sekitar tahun 2000-an, warga memperoleh bantuan dari Pemkab Boyolali berupa blower dan gerinda untuk membuat peralatan. Blower itu, jelasnya, digunakan untuk memudahkan memanasi besi yang akan dibentuk menjadi alat. “Selama ini para pande besi hanya menggunakan dua tabung seperti pompauntuk memanasi besi. Tetapi sekarang sebagian besar sudah menggunakan blower listrik sehingga lebih cepatpemanasannya,” papar dia. Dengan peralatan tersebut, jelas Romadhin, pande besi bisa menghasilkan sekitar dua kodi atau sekitar 40 buah sabit dalam berbagai ukuran dalam sehari.

Musium Tni adi soemarmo

Belum terlalu lama, Komandan Komando Pendidikan TNI AU (Kodikau) Marsda TNI Bagus Puruhito meresmikan Museum Sejarah Adi Soemarmo yang terletak di dalam kompleks Pangkalan TNI AU Adi Soemarmo di Colomadu, Karanganyar. Karena penasaran dengan museum ini, Espos pun mengunjunginya. MUSEUM SEJARAH -- Bangunan Museum Sejarah Adi Soemarmo di dalam kompleks Pangkalan TNI AU Adi Soemarmo di Colomadu, Karanganyar. (JIBI/SOLOPOS/R Bambang Aris Sasangka) Lantaran letaknya yang terselip di dalam kompleks militer, prosedur masuknya pun rada ribet. Penulis harus melapor dulu ke pos penjagaan Polisi Militer TNI AU dari pintu masuk di sebelah timur. Setelahmeninggalkan tanda pengenal di pos, baru ditunjukkan jalan menuju museum, yang terletak bersebelahan dengan kantor Penerangan dan Perpustakaan (Pentak) Lanud Adi Soemarmo.SEPEDA PATROLI -- Sebuah sepeda tua yang dulu dipakai prajurit TNI AU berpatroli atau melaksanakan tugas lain. (JIBI/SOLOPOS/R Bambang Aris Sasangka) Bangunannya tak terlalu besar, mungkin seukuran rumah tipe 54. Koleksinya pun masih terlalu sederhana dan sedikit bagi sebuah museum. Barang yang terpajang di antaranya replika sepeda kayuh yang dulu biasa dipakai prajurit TNI AU untuk berpatroli. Ada juga contoh kursi kayu yang biasa dipakai di ruang kelas sekolah bintara atau tamtama. Selain itujuga ada dudukan senjata senapan mesin berat yang menurut keterangan biasa dipakai untuk latihan.DOKUMENTASI FOTO -- Foto-foto lama kegiatan di Lanud Adi Soemarmo atau yang dulu dikenal sebagai Lanud Panasan juga dipajang di museum ini. Sayangnya penataan foto dan keterangan pendampingnya masih kurang memadai dan kurang informatif. (JIBI/SOLOPOS/R Bambang Aris Sasangka) Dijumpai pula contoh lemari kayu yang dipergunakan para siswa sekolah bintara dan tamtama di asrama mereka. Di atas lemari itu ada radio komunikasi yangberasal dari tahun 1940-an. Terdapat pula beberapa manekin yang mengenakan seragam dengan emblem yang berbeda. Ada seragam prajurit sekolah bintara, tamtama, seragam siswa Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) dan pakaianoveralloranye siswa sekolah penerbang. PAHLAWAN -- Adi Soemarmo, yang namanya diabadikan sebagai nama Pangkalan TNI AU dan Bandara di Solo. Adi Soemarmo gugur bersama dua tokoh perintis TNI AU lainnya yaitu Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh saat pesawat yang mereka tumpangi ditembak jatuh oleh pesawat tempur Belanda menjelang mendarat di Lanud Maguwo, Jogja, atau yang kini lebih dikenal sebagai Bandara dan Lanud Adisutjipto. (JIBI/SOLOPOS/R Bambang Aris Sasangka) Selain barang-barang itu, ruangan museum lebih banyak diisi pajangan foto-foto sejarah umum TNI AU dan kliping majalah kedirgantaraan tentang TNI AU. Terpasang pula foto dan keterangan mengenai sejumlah monumen yang berkait dengan sejarah Lanud Adi Soemarmo.Memang masihsangat sederhana museum ini. Masih dibutuhkan lebih banyak upaya dari pengelolanya untuk menambah koleksi barang atau memorabilia agar pengunjung bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih lengkap mengenai sejarahTNI AU dan lebih khusus lagi, sejarah Lanud Adi Soemarmo dan sosok Opsir Muda Udara Adi Soemarmo yang namanya diabadikan di pangkalan itu.R Bambang Aris Sasangka

Wisata piramida peninggalan suku maya

Kalau Anda mencari piramida, pikiran mungkin tertuju ke piramida di Mesir atau piramida peninggalan Suku Maya di benua Amerika. Nah, siapasangka kalau kita bisa menemukan piramida serupa di salah satu sudut Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, tepatnya di di Sonosewu, Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban. PIRAMIDA SUKU MAYA -- Miniatur piramida CichenItza ini bisa menunjukkan efek serupa seperti aslinya saat matahari mencapaiposisi tepat di khatulistiwa (ekuinoks). (Espos/Adib Muttaqin Asfar) Di sebuah tempat bernama Sashasra Adhi Pura, bukan hanya piramida yang bisa kita jumpai, namun juga 50 buah miniatur bangunankuno yang aslinya tersebar di seluruh dunia. Di bagian depan ada miniatur Candi Borobudur. Sedangkan dibagian dalam berdiri piramida Chicen Itza yang aslinya ada di Yucatan, Meksiko. Ada pula miniatur Stonehenge dari Inggris, kuil Mnajdra di Pulau Malta, Piramida Agung Mesir, Serpent Mound di Ohio, AS, lukisan batu dari Tassisi Najjer, Axum Eturgin di Afrika dan puluhan bangunan lainnya.STONEHENGE -- Miniatur bangunan batu asal Inggris, Stonehenge,juga bisa dijumpai di Pura Sashasra Adi, Moholaban, Sukoharjo. (Espos/Adib Muttaqin Asfar) Meskipun jauh lebih kecil daripada aslinya, ukuran bangunan-bangunan dibuat proporsional. Selainitu, posisi dan arah masing-masing miniatur dibuat sedemikian rupa sehingga bisa menunjukkan arah matahari saat titik balik utara, titik balik selatan dan dua kali ekuinoks atauposisi saat matahari berada tepat di khatulistiwa. Sehingga, walaupun koordinatnya berbeda dengan bangunanaslinya, miniatur bangunan ini bisa menunjukkan fungsi yang sama sebagai penunjuk posisi matahari.50 bangunan yang miniaturnya ada di pura ini tidak hanya menunjukkan posisi matahari dengan tepat, melainkan posisi benda angkasa lain seperti bintang dan bulan. Piramida Khufu atau Piramida Agung Mesir menunjukkan secara persis arah kutub utara sumbu rotasi bumi. Selain itu, di dalam piramida ada lorong atau celah panjang yang mengarah tepat ke empat rasi bintang yaitu Orion, Sirius, Alpha Draconic dan Beta Ursa Minor.Miniatur-miniatur ini ditempatkan di lahan terbuka di kompleks pura dan bisa dilihat oleh siapa pun. Material yang dipakai juga mirip dengan aslinya. Untuk piramida, Stonehenge atau candi, miniatur dibuat dengan bahan dasar batu. Sedangkan yang berupa gundukan tanah seperti Serpent Mound, bentuknyajuga hanya berupa gundukan tanah yang dibentuk mirip dengan aslinya. Lain halnya dengan lukisan raksasa di lahan pasir Nazca, Peru. Miniaturnya dibuat dari campuran semen yang ditutup dengan pasir. “Sayang, pasirnya banyak yang terlepas karena pengaruh panas dan hujan,” ujar Kjartan Johansen, pengelola Sashasra Adhi. MENARIK PERHATIAN -- Pengunjung tengah melihat-lihat bangunan yang ada di kompleks Pura Sashasra Adi. Meski menyandang nama pura, tempat ini terbukasetiap saat bagi siapa saja. (Espos/Adib Muttaqin Asfar) “Ini seperti kalkulator raksasa bagi orang-orang zaman dulu,” kata Kjartan. ”Berbeda dengan sekarang ini, kita selalu dimanjakan teknologi. Tapi bagi orang dulu, mereka mengandalkan matahari sebagai penunjuk.”Sudah lama Kjartan tinggal di Indonesia. Pria asal Norwegia ini mulai menginjakkan kaki di Pulau Jawa pada 1992. Sama dengan kebanyakan orang Barat lainnya, dia datang ke negara ini untukberwisata.Siapa sangka dia akhirnya memutuskan tinggal di Solo hingga hari ini. Adalah Hardjanta Pradjapangarsa, seorang guru spiritual sekaligus pendiri Sahasra Adhi Pura yang membuatnya betah di Solo. Bersama Hardjanta, Kjartan belajar banyak tentang spiritualisme Hindu. Dia memutuskan meninggalkan semuanya, pekerjaan, Tanah Air dan keluarganya. “Di sini, saya sudah menemukan yang saya cari. Jadi sudah tidak ingin ke mana-mana lagi,” ujarnya. Dia tak sendirian. Ada beberapa warga negara lain yang juga menjalani hal serupa. Istrinya, Cleo, adalah warga Kanada. Mereka bertemu di Baluwarti. Waktu itu, pura belum dibangun dan masih berkumpul di Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo. Pura itu baru dibangun pada 1998. Selepas meninggalnya Hardjanta, Kjartan meneruskan tugaspembangunan pura yang kini berdiri di Solosewu, Wirun, Mojolaban. Meski berbentuk pura, menurutnya, tempat itu adalah tempat universal yang terbuka bagi siapa saja. Universalitas itu ditunjukkan dengan miniatur-miniatur bangunan purba dari berbagai penjuru dunia. Bangunan-bangunan purba itu banyak yang dibangun oleh bangsa yang bukan penganut Hindu. “Sebenarnya dasar semua kepercayaan itu sama. Jadi kami menghormati dengan menempatkan semuanya di sini,” lanjut Kjartan. Sebagai ahli konstruksi, dia ikut merancang desainpura yang kini diisi 50 miniatur bangunan purba. Perhitungannya cukup rumit, yaitu menempatkan miniatur bangunan agar tepat menunjukkan arah matahari saat titik balik utara, titik balik selatan ekuinoks. Pembangunan ini belum rampung karena rencananya bakal dibangun total 1.000 miniatur bangunan purba. Maka, tidak heran pura ini menjadi langganan kunjungan siswa dari berbagai sekolah. Umumnya mereka tertarikuntuk melihat bangunan-bangunan kuno di seluruh dunia di satu lokasi. Selain melihat bentuknya, siapa pun akan sadar tingginya peradaban masa lalu dan tidak semuanya bisa terjangkau oleh orang modern.

Kampung wisata baluwarti

Sebagai kampung wisata budaya, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo kaya dengan berbagai potensi seni budaya. Banyak hasil karya seni budaya tradisional diproduksi di Baluwarti. Seperti pernah diungkap di sini, di RW VII ada berbagai macam karya seni keris, dari yang sederhana hingga paling rumit. Dari yang ratusan ribu rupiah hingga ratusanjuta rupiah.Demikian pula di RW II diproduksi berbagai macam alat musik tradisional rebab, juga aksesoris dan kerajinan daur ulang kertas koran. Sedangkan di RW III ada karya seni yang terbilang langka, yakni wayang beber. Adalah Joko Sri Yono, 59, seorang pengrajin. Di RT 01/RW III, Joko yang asli warga Baluwarti ini tinggal bersama keluarganya, ditemani istri Sukarti dan dua anaknya. Di rumah sederhana ini Joko menekuni wayang beber. Tapi, Joko juga melakukan aktivitas lain untuk menyambung hidup sehari-hari. Ini karena membuat wayang beber belum dapat dijadikan andalan untuk mata pencaharian. Ketika Espos ke kediamannya, awalnya ditunjukkan hasil karyanyaberupa selembar kain yang dilukis gambar wayang menceritakan sebuah kisah. Joko kemudian menunjukkan tabung besar berisi puluhan gulungan film, yang merupakan lukisan dasar gambar wayang beber. Wayang beber juga ada pakemnya, yang dibuatnya dalam film itu. Bahkan, Joko juga membuat wayang beber di luar pakem, yang merupakan hasil kreasinya. Sesuai pakem, menurut Joko, jika wayang kulit adakisah Mahabarata dan Ramayana yang berasal dari India. Untuk wayang beber justru kisah asli Indonesia, yakni dari Kerajaan Kediri, berupa cerita petualangan Panji Asmorobangun saat mencari Dewi Sekartaji. Mahasiswa ISI Solo pernah ada yang melakukan penelitian untuk skripsinya, sampai ia datang ke daerah asal wayang beber kali pertama dibuat yakni Desa Kedompol, Pacitan, Jatim. Di sana wayang beber dilakonkan seperti wayang kulit dan ada dalangnya. Dalang yang ada sekarang generasi ke-13. Di berbagai daerah seperti Solo tak ada dalang wayang beber. Yang ada tukang sungging wayang beber seperti Joko. Sejak kecil, Joko berpikiran, ”Dengan menekuni ini bisa untuk hari tuaku. Wayang beber harus terus diuri-uri, dan saya akan terus melakukannya.” Sehingga meski penghasilannya tak seberapa, Joko terus menggeluti. Ditanya soal harga, Joko keberatan menyebutkan. Alasannya, hasil karya seperti ini tak ternilai harganya. Namun, akhirnya mengakui satu lembar wayang beber yang mengisahkan satu lakon, dihargai sekitar Rp 1 juta. Dua pekan Untuk menggambar sebuah karya, tiap lembarnya membutuhkan waktu dua pekan. ”Ini kalau full time. Kalau disambi ya bisa satu-dua bulan.” Sejak kecil Joko sudah bergelut dengan dunia seni. Ayahnya pun orang keraton, driver khusus PB X. Dari segi penghasilan, Joko mengakui, dengan membuat wayang beber hasilnya tak seberapa, tapikalau seni adiluhung ini ditinggalkan juga amat sayang. Maka, untuk menyambung hidup, Joko sempat bekerja di Batik Semar. Joko berharap wayang beber dikenalkan sejak dini kepada anak-anak. Karena, anak perlu tahu berbagai macam wayang, seperti wayang suket yang digeluti Slamet Gundono, wayang kampung sebelah milik Ki Jlitheng Suparman, juga wayang beber yang mengedepankan seni lukis. Lurah Baluwarti Tuti Orbawati R SSen MSn yang lulusan ISI Solo, mengaku bangga dengan warganya yang memiliki banyak potensi. Karenanya dia akan terus mengupayakanBaluwarti sebagai kampung wisata seni budaya

Wisata tirtomoyo

Semua rasa curigakuterhadapmu Semata karena ku takut kehilanganmu Maka jangan coba tuk berpaling darimu Berpaling mengkhianatiku… Sepotong lirik lagu SKJ yang dipopulerkan oleh grup band, ST 12 itu mengalun lantang dari alat pengeras suara di Kolam Renang Tirtomoyo Jebres, Solo, Minggu (14/3) siang. Seolah alunan lagu itu menjadi satu-satunya hiburan bagi para pengunjung kolam yang kondisinya memprihatinkan itu. Betapa tidak, kondisi fisik kolam renang yang pada masanya sempat menjadi primadona wong Solo itu, kini tak lagi rupawan. Di beberapa bagian terdapat kerusakan, sehingga mengurangi kenyamanan pengunjung. Kerusakan paling kentara yakni di bagian atap bangunan dimana sebagian eternit telah jebol. Ironisnya, kerusakantersebut telah berlangsung cukup lama. Pihak penanggung jawab kolam tak kunjung memperbaiki kerusakan. Yang juga membuat tak menarik yakni cat bangunan yang sebagian besar telah mengelupas. Kendati tidak begitu berpengaruh, namun kurangnya perawatan kompleks kolam dikeluhkan pengunjung. “Sebenarnya untuk kolam tidak kalah bagus dengan kolam lain, tapi bangunannya sudah jelek sejak lama,” ujar Dadang, 23, pengunjung Kolam Renang Tirtomoyo asal Ngepuh, Sawahan, Pasar Kliwon, Solo. Penuturan senada disampaikan Odi Arvianto, 17, asal Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo, yang sering berenang di kolam Tirtomoyo. Menurut dia, bangunan kolam milik Pemerintah Kota (Pemkot)Solo tersebut terkesan kurang dirawat. Pada bagian lain, Kasi Kolam Renang Tirtomoyo, Sumardi, melalui asisten pelaksana, Ratmoko, menuturkan, jumlah pengunjung kolam relatif sedikit tiap harinya. Hanyapada hari Minggu, jumlah pengunjung bisa mencapai300-an orang. Dia menguraikan, jumlah pengunjung pada hari biasa hanya sekitar 60-100 orang atau setara pendapatan Rp 100.000 dengan harga tiket Rp 3.000. Pada hari libur harga tiket dinaikkan menjadi Rp 3.500 per orang. Mengenai kerusakan bangunan, dia mengakui sudah sejak lama dan belum diperbaiki. Pihaknya sebatas fokus pada pengelolaan kolam supayaair tetap bersih dan tidak dikeluhkan pengunjung.

Taman wisata lawean

Kawasan wisata di Kelurahan Laweyan terus berkembang dan semakin menarik banyak wisatawan. Hal ini membuat jumlah kendaraan yang masuk terus meningkat dan berdampak pada ketertiban arus lalu lintas. Salah satu pengusaha batik di Kampoeng Batik Laweyan, Gunawan M Nizar, saat ditemui Espos di tokonya, merasakan adanya peningkatan jumlah kendaraan yang datang ke kawasan tersebut. Namun demikian, jumlah kendaraan masih dapat ditampung di ruas jalan di wilayah itu. ”Memang sangat ramai, apalagi Sabtu Minggu. Namun sampai saat ini masih bisadiatasi oleh petugas,” katanya, Rabu (10/3). Namun seiring perkembangan kawasan, diperkirakan ruas jalan tidak dapat menampung kendaraan. Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) Alpha Febela Priyatmono, mengatakan, telah ada pembicaraan dengan pihak Pemkot Solo untuk membangun lokasi parkir yang dapat menampung kendaraan wisatawan. ”Sudah ada pembicaraan ke arah situ, namun belum tahu akan dibangun di mana, itu wewenang Pemkot,” katanya. Lurah Laweyan, Soeyono mengakui perlu adanya kantong parkir. ”Keberadaan taman yang sebentar lagi dibangun warga, diharap dapat menunjang kenyamanan tamu.” m86

PASAR GEDE

PASAR GEDE—Pusat belanja dan wisata kuliner terbesar. Inilah saksi perkembangan ekonomi Kota Solo. Seperti namanya yang berarti besar, fisik Pasar Gede memang terbilang paling besar ketimbang bangunan pasar lainnya di Kota Solo. Tapi bukan hanya arsitektur bangunannya yang membuat pasar ini begitu istimewa, keragamaan barang dagangan yang tersedia di pasar saksi mahkota perkembangan ekonomi Solo itulah yang menjadi magnet bagi sebagian besar warga Solodan wisatawan yang bertandang ke Kota Bengawan. “Beberapa teman yang pernah ke Solo merekomendasikan untuk berkunjung Pasar Gede dan mencoba dawet saat berada di Solo,” kata Gusti,wisatawan asal Jakarta yang ditemui Espos saat tengah asyik menikmati dawet telasih di salah satusudut Pasar Gede. Belanja di Pasar Gede memang menawarkan pengalaman tersendiri. Namanya juga pasar tradisional, jangan harapkan pengunjung bisamenikmati suasana nyaman ber-ac seperti di pusat perbelanjaan modern. Di bangunan pasar yang dirancang arsitek Belanda Thomas Karsten tahun 1930 ini, suasana khas pasar tradisional begitu terasa. Gang-gang pasar yang sempit, agak sumpek, lengkap dengan campuran bau khas pasar. Oleh karena itu, disarankan saat berkunjung ke Pasar Gede, gunakan pakaian dan alas kaki yang nyaman. Untunglah, suasana pasar tradisional yang agak jauh dari ideal itu terbayar lunas dengan aneka barang dagangan yang tersedia di pasar ini. Ditambah lagi, semua barang bisa ditawar. Jadi mau belanja gila-gilaan pun, tak bakal sampai menguras kantong. Sebuah surga belanja. Belanja barang kebutuhan seharĂ­-hari di Pasar Gede? Ah itu perkara kecil. Memasuki bangunan PasarGede, di sisi-sisi pintu utamanya Anda langsung menjumpai pedagang yang menjajakan berbagaimacam pisau dan peralatan dapur. Ada pisaudapur ukuran besar untuk memotong daging, ada pula yang berukuran lebih kecil untuk memotong sayuran atau mengupas buah. Jikalau belum puas, di bagian dalam Pasar Gede, pengunjung bisa mendapati pilihan alat kebutuhan rumah tangga tradisional yang lebih lengkap lagi, seperti cetakan makanan, berbagai wadah makan dari gerabah hingga alat penampi beras. Melangkahlebih dalam lagi, mata dan nafsu belanja bakal dipuaskan oleh tumpukan sayur dan buah segar. Wortel, sawi, tomat dan beragam sayuran lain siap dibeli. Konsumen bebas memilih, mau beli borongan atau beli dalam jumlah sedikit. Sebagian besar pedagang bahkan bersedia melayani apabila Anda hanya membeli sayur dengan selembar uang Rp 1.000 atau Rp 2.000. Namun, di antara puluhan pedagang buah dan sayur yang menyambut di bagian depan Pasar Gede, ada satu lapak yang cukup menarik. Pasalnya, lapak yang menjajakan makanan pokok orang Indonesia itu juga menjualberas merah organik sertaberas hitam. Beras merah mungkin bukan barang baru, tapi embel-embel organik membuatnya lebih menarik. Harga satu kilogram beras merah organik lumayan murah, hanya sekitar Rp 10.000. Sementara, beras hitam dihargai Rp 20.000 per kilogram. “Beras hitam ini memang belum banyak orang yang tahu. Padahal serat dan vitaminnya lebihbagus lho ketimbang beras merah dan putih,” kata si pedagang berpromosi.

Inflasi harga beras

Menurut catatan Badan Pusat Statisitik, laju inflasi pada Januari 2012 mencapai 0,76 persen yang disebabkan oleh kenaikan harga beras, dan bahan makanan menyumbang laju inflasi tertinggi yaitu 0,45 persen.

Kereta supercepat akan digagas 15 perusahan asing

Bandung– Kereta supercepat yang digagas oleh konsorsium 15 perusahaan asing tak akanmenggunakan lintasan yang sudah ada milik PT KA. Sebab, moda transportasi modern ini direncanakan berupa monorel. Setiap kapsul bisa mengangkut 100 hingga 200 orang. “Ini bukan seperti kereta api biasa, rencananya kereta supercepat ini berupa monorel. Ya semacam kereta gantunglah, tapi teknologinya seperti apa, saya juga belum tahu,” ujar Kepala Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD) Jawa Barat, Iwa Karniwa, pada detikcom, Kamis (7/1). Karena berupa monorel, lahan yang dibutuhkan takakan banyak. Namun dia mengaku masih belum mengetahui berapa luas lahan yang dibutuhkan untuk kereta supercepat dengan panjang lintasan 357 kilometer dari Cirebon-Majalengka-Bandung-Jakarta-Soekarno Hatta itu. “Saya belum tahu berapa lahan yang dibutuhkan, tapi pasti tak terlalu luas,” katanya. Berdasarkan informasi yang dia peroleh, setiap kapsul kereta supercepat bisa mengangkut 100 hingga 200 orang. “Kapasitasnya banyak bisamencapai 100 hingga 200 orang,” tandasnya. Menurut Iwa kereta supercepat ini ramah lingkungan, sebab bahan bakarnya menggunakan hidrogen. “Minyak bumi nanti akan habis, nah makanya kita butuh bahanbakar alternatif. Moda transportasi massal ini merupakan antisipasi jika minyak bumi habis,” jelasnya. 15 Perusahaan asing membentuk konsorsium dan menandatangani MoA proyek kereta api supercepat yang dinamai Hydrogen Hi-Speed Rail Super Highway (H2RSH) senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 30 triliun. Kereta supercepat ini akanmengalahkan kecepatan dan kecanggihan shinkansen, bullet train dari Jepang, maupun kereta supercepat di Paris,Prancis. MoA diteken di LosAngeles dan disaksikan oleh utusan KJRI setempat. Rencananya proyek ini akan memasuki studi kelayakan pada 11 Januari nanti dan memakan waktu 90 hari. Ditargetkanmega proyek ini akan selesai selama 2 tahun. Moda transportasi modernini akan beroperasi dan memberi keuntungan/keunggulan jika dibandingkan dengan moda generasi sebelumnya seperti shinkansen (bullet train dari Jepang). Keuntungan tersebut antara lain terkait biaya konstruksi yang lebih murah (US$ 10 juta/mil sedangkan moda konvensional sampai US$ 36 juta/mil), break event point diperkirakan hanya 2tahun sedangkan moda konvensional sekitar 50 tahun, berbeda dengan moda konvensional yang hanya mengangkut orang moda transportasi baru tersebut juga dapat dipergunakan untuk mengangkut barang (freights dan automobiles). H2RSH juga memberikan alternatif transportasi yang efektif mengingat dapat beroperasi pada kecepatan yang lebih cepat sehingga diperkirakan dapat menghemat waktu ke tempat tujuan. Selain itu, H2RSH memberikan kentungan ekonomis dikarenakan selain berfungsi sebagai moda transportasi dapat menghasilkan energi yang dapat dipergunakan untukmemenuhi kebutuhan energi daerah tertentu, seperti tenaga listrik, air bersih, dan lain-lain.

Kreasi perajin batik bekonang dipamerkan model

BATIK BEKONANG -- Seorang model memamerkan busana batik Bekonang kreasi perancan busana asal Sukoharjo, Satriyo Joeli Wiyoto atau Owens Joe dalam fashion luncheon di Hotel Sunan, Solo, Selasa (28/2/2012). (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu) SOLO –Posisi Bekonang sebagai salah satu sentra produksi batik dan kerajinan lain membuat wilayah ini potensial untukdikembangkan menjadi Kota Batik. Wakil Bupati Sukoharjo, Haryanto pun menyatakan siap mendukung upaya itu. Hal ini juga diusulkan salahseorang perancang busana Sukoharjo, Satrio Joeli Wiyoto yang mendambakan Bekonang menjadi salah satu kota wisata batik di Sukoharjo. Karena di masa kejayaan Keraton Surakarta dulu, Bekonang dinilai merupakan salah satu kawasan batik yang pernah moncer. “Itu ide yang bagus sehingga bisa dijadikan wisata budaya. Sebab di seputar bekonang ada pengrajin gamelan dan sebagainya yang bisa menjadi kesatuan paket wisata,” ujar Haryanto seusai membuka acara Eco-Live Bekonang Batik diHotel Sunan, Solo, Selasa (28/2/2012). Menurut dia Bekonang diuntungkan dengan letak geografis kawasan yang berdekatandengan Kota Solo. Sehingga jika wisatawan yang selama ini banyak berhenti sampai di Solo bisa ditarik ke Bekonang. Sementara itu Satrio menambahkan pihaknya amat mendambakan industri batik tumbuh dan berkembang di Sukoharjo. Sehingga selain akan membuka lapangan kerja, juga bisa dijadikan obyek wisata. Sebab selama ini Sukoharjo dinilai belum memunyai obyek wisata yang memadai. Menurut dia batik Bekonang saat ini mengalami kemajuan proses cukup signifikan. Di antaranya dengan menggunakan pewarna alami atau alam sintetis dan sintetis full dengan cirikhas motif-motif Bekonang yang beragam dan pola-pola baru. Hal itu dimaksudkan guna memenuhi selera konsumen atau pasar. “Batik warna sogan Solo baik Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran dibuat di Bekonang karenapembatik dari sekitar Bekonang sangat banyak, sehingga mampu memenuhi pasar,” kata Joeli.

Warga asing juga membuat desain batik

ilustrasi (dok) SOLO –Batik makin mendunia. Tak hanya menginginkan pasokan produk jadi batik, rupanya warga negera asing (WNA)pun doyan mendesain batik. Sebut saja tiga warga Amerika, Kelly Cobh, Joanne Giglioti, dan Elizabeth R Urabe, yang menyabet juara dalam lomba desain batik Amerika alias American Batik Design Competition yang dihelat KBRI di Washington DC, tahun lalu. Senin (27/2/2012), tiga orang tersebut menyambangi Solo untuk melihat proses produksi batik di Batik Keris. Saat ditemui wartawan, seusai bertandang ke Batik Keris, Joanne mengungkapkan kegandrungannya terhadap batik. Dia belajartentang batik di univesitas. Dalam lomba desain batik tersebut, Joanne membuat desain yang sangat Indonesia. Ada lambang Garuda di desain bikinannya. Desain batik tersebut juga unik karena menyertakan macam-macam bentuk seperti roda, pesawat, roket, kupu-kupu, kapal layar, dan termasuk motif batik tradisional. “Tema batik saya adalah Sun Rises in the East and Lights the West: America Completes the Circle,” kataJoanne. Tak hanya Joanne, pemenang lain, Kelly Cobh, juga memiliki harapan bisa memproduksi batik desainnya dengan menggandeng produsen batik Indonesia. Kelly sendiri membuat batik unik yang tampak seperti barcode yang biasa dipakai di koran atau dalam dunia teknologi dikenal sebagai quick respone (QR) code. Bukan hanya kenampakannya, Kelly memastikan barcode juga berfungsi sesuai tampilannya, yakni bisa jadi link untuk masuk website desain batik miliknya.

Jamkesmas belum tepat sasaran warga miskin

TIDAK TERDAFTAR - Widodo, 29 ( tengah ), warga RT 001/RW 006 Dukuh Pengkol Desa Ngasinan, Bulu, Sukoharjo, tidak terdaftar dalam data keluarga miskin 2012. Padahal untuk makan sehari-hari, Widodo yang kaki kirinya diamputasi dan ibunya yang lanjut usia, Rajiyem, 65, hanya mengandalkan jatah Raskin. (JIBI/SOLOPOS/Triyono) Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ungkapan itu barangkali tidak sepenuhnya salah untuk Rajiyem, 65, warga RT 001/RW 006 Dukuh Pengkol, Desa Ngasinan, Bulu, Sukoharjo. Tinggal berdua dengan anaknya, Widodo, 29, puluhan tahunkeluarga kecil ini harus hidup dengan lilitan kemiskinan.Tinggal di rumah berdinding anyaman bambu berlantaitanah, sehari-hari Rajiyemdan anaknya harus hidup dengan mengandalkan jatah beras untuk keluargamiskin (Raskin). Dua warga Ngasinan yang tinggal di ujung utara Dukuh Pengkol ini juga sering melewatkan malamdengan tidur hanya beralas selembar tikar.“Bagi kami yang penting sehat. Soal makan sehari-hari, ada lah. Kadang juga ada kiriman uang dari saudara yang merantau. Ya sak kelingane ,” ujar Widodo yang harus banyak berdiam diri di rumah setelah kaki kirinya diamputasi akibat sakit kaki gajah sejak 13 tahun silam. Dengan usianya yang lanjut, Rajiyem kini tidak sekuat dulu lagi. Namun untuk mencari penghasilan, saat musim tanam padi, perempuan yang telah menjanda dua tahun ini masih kerap menjadi buruh tani. Isteri mendiang Parwo Wiyono ini merasa beruntung karena di tengah keterbatasan, ia jarang sakit. Terlebih saat ini ketika dia dan anaknya tidak terdaftar sebagai keluargamiskin (Gakin) sehingga tidak termasuk sebagai penerima program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). “Sebelumnya punya (Jamkesmas), tidak tahu kalau sekarang sudah tidak terdaftar,” kata Widodo menambahkan. Nasib Suharni, 42, warga miskin lain di lingkungan RT 001/RW 006 Dukuh Pengkol, bahkan lebih tidak beruntung. Sebelum kehilangan suami awal Januari 2012 lalu, ibu tiga anak ini harus meninggalkan rumahnya yang tak bisa ditempati lagi sehingga harus menumpang di rumah iparnya satu tahun terakhir. “Mau bagaimana lagi. Jangankan memperbaiki rumah, pengobatan suami saja saya pontang-pantingsana sini. Sekarang kami menumpang saudara karena rumah tak bisa ditempati lagi,” ujarnya. Dengan berbagai cobaan yang dialami, Suharni kini seolah merasa seperti tak mempunyai kekuatan lagi.Di tengah situasi seperti itu, dia mengaku tidak habis pikir tidak terdaftar dalam data Gakin. Seperti pula diungkapkan Kadus II Desa Ngasinan, Yanto, seluruh warga miskin di Pengkol tidak ada yang tercantum dalam data Gakin terbaru 2012 hasil validasi tim independen. Akibatnya warga tidak mampu di dukuh setempat praktis tak bisa mengakses program bantuan bagi pemerintah.