Kamis, 01 Maret 2012
PASAR GEDE
PASAR GEDE—Pusat belanja dan wisata kuliner terbesar. Inilah saksi perkembangan ekonomi Kota Solo. Seperti namanya yang berarti besar, fisik Pasar Gede memang terbilang paling besar ketimbang bangunan pasar lainnya di Kota Solo. Tapi bukan hanya arsitektur bangunannya yang membuat pasar ini begitu istimewa, keragamaan barang dagangan yang tersedia di pasar saksi mahkota perkembangan ekonomi Solo itulah yang menjadi magnet bagi sebagian besar warga Solodan wisatawan yang bertandang ke Kota Bengawan. “Beberapa teman yang pernah ke Solo merekomendasikan untuk berkunjung Pasar Gede dan mencoba dawet saat berada di Solo,” kata Gusti,wisatawan asal Jakarta yang ditemui Espos saat tengah asyik menikmati dawet telasih di salah satusudut Pasar Gede. Belanja di Pasar Gede memang menawarkan pengalaman tersendiri. Namanya juga pasar tradisional, jangan harapkan pengunjung bisamenikmati suasana nyaman ber-ac seperti di pusat perbelanjaan modern. Di bangunan pasar yang dirancang arsitek Belanda Thomas Karsten tahun 1930 ini, suasana khas pasar tradisional begitu terasa. Gang-gang pasar yang sempit, agak sumpek, lengkap dengan campuran bau khas pasar. Oleh karena itu, disarankan saat berkunjung ke Pasar Gede, gunakan pakaian dan alas kaki yang nyaman. Untunglah, suasana pasar tradisional yang agak jauh dari ideal itu terbayar lunas dengan aneka barang dagangan yang tersedia di pasar ini. Ditambah lagi, semua barang bisa ditawar. Jadi mau belanja gila-gilaan pun, tak bakal sampai menguras kantong. Sebuah surga belanja. Belanja barang kebutuhan seharí-hari di Pasar Gede? Ah itu perkara kecil. Memasuki bangunan PasarGede, di sisi-sisi pintu utamanya Anda langsung menjumpai pedagang yang menjajakan berbagaimacam pisau dan peralatan dapur. Ada pisaudapur ukuran besar untuk memotong daging, ada pula yang berukuran lebih kecil untuk memotong sayuran atau mengupas buah. Jikalau belum puas, di bagian dalam Pasar Gede, pengunjung bisa mendapati pilihan alat kebutuhan rumah tangga tradisional yang lebih lengkap lagi, seperti cetakan makanan, berbagai wadah makan dari gerabah hingga alat penampi beras. Melangkahlebih dalam lagi, mata dan nafsu belanja bakal dipuaskan oleh tumpukan sayur dan buah segar. Wortel, sawi, tomat dan beragam sayuran lain siap dibeli. Konsumen bebas memilih, mau beli borongan atau beli dalam jumlah sedikit. Sebagian besar pedagang bahkan bersedia melayani apabila Anda hanya membeli sayur dengan selembar uang Rp 1.000 atau Rp 2.000. Namun, di antara puluhan pedagang buah dan sayur yang menyambut di bagian depan Pasar Gede, ada satu lapak yang cukup menarik. Pasalnya, lapak yang menjajakan makanan pokok orang Indonesia itu juga menjualberas merah organik sertaberas hitam. Beras merah mungkin bukan barang baru, tapi embel-embel organik membuatnya lebih menarik. Harga satu kilogram beras merah organik lumayan murah, hanya sekitar Rp 10.000. Sementara, beras hitam dihargai Rp 20.000 per kilogram. “Beras hitam ini memang belum banyak orang yang tahu. Padahal serat dan vitaminnya lebihbagus lho ketimbang beras merah dan putih,” kata si pedagang berpromosi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar